Selasa, 19 Agustus 2014

Puisi

             YUK…BERSENANDUNG


     Puisi adalah sebentuk  pengucapan bahasa yang memperhitungkan  adanya aspek bunyi-bunyi didalamnya,yang mengungkkapkan pengalaman imajinatif,emosional,dan intetektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu,sehingga puisiitu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya.Tentu saja,batasan ini tentative yang bertolak pada puisi konvensional.
     Sebagai  hsil kebudayaan puisi memang selalu berubah dan berkembang sesui  dengan perubahan  dan perkembangan masyarakat yang menghasilkan kebudayaan itu.Yang jelas apapun corak dan ragamnya  meniscayakan adanya hal-hal yang  hakiki dan universal
      Hakikat  Penyair dan Puisinya ; Sebuah  Cara  Komunikasi.

  Aku sudah terbuka secara perlahan-lahan ,seperti sebuah pintu,bagiku satu persatu  aku buka ,bagai daun-daun pintu ,hingga akhirnya tak ada apa-apa lagi  yang bernama rahasia
Begitu sederhana  sama sekali terbuka
       Dalam puisi tersebut  penjair diibaratkan sebuah pintu  yang daun-daunnya sama sekali terbuka  hingga akhirnya tak ada apa-apa lagi bernama rahasia.Jadi penyair adalah seseorang yang membukakan rahasia kehidupannya kepada orang lain.Tentu hak ini merupakan sesuatu yang paradoksal.Sementra manusia pada umumnya merahasiakan kehidupannya agar tidak diketahui oleh orang lain.tidak demikian halnya dengan penyair.Lewat puisi-puisinya penyair membuka pintu-pintu jiwa dan kehidupannya bagi rang lain.


                  Risalah HUB

Ku tulis surat ini kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-nak peri dunia yang gaib
Dan angina yang mendesah
Mengeluh dan mendesah
Wahai ,dik Narti
Aku cinta padamu
       Ku tulis surat ini
        Kala langit menangis
         Dan dua ekor belibis
          Bercinta dalam kolam
           Bagai dua anak nakal
            Jenaka dan manis
            Mengibaskan  ekor  
Serta menggetarkan bulu-bulunya
Wahai,dik Narti
Ku pinang kau menjadi istriku
Kaki-kaki hujan yang runcing
Menjentuhkan ujungnya di bumi
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan
Menempuh ke muka
Dan tak akan kunjung di undurkan
Selusin malaikat
Telah turun
Di kalhujan gerimis
Di muka kaca jendela
Mereka berkaca dan mencuci rambutnya
Untuk ke pesta
Wahai dikNarti
Dengan pakaian penganten yang anggun
Bunga-bunga serta keris keramat
Aku ingin membimbingmu ke altar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar