إِنَّ الْحَمْدَ للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْـدُ ..
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ ، وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ،
وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
Amma Ba’du,
Kaum Muslimin dan Muslimat, Jamaah shalat Id yang
berbahagia!
Pada pagi hari yang berbahagia ini, kita semua berkumpul
dengan suatu kegembiraan akan karunia dan rahmat Allah, menyaksikan suatu hari
yang sangat agung, salah satu simbol Islam yang besar: Hari Idul Fitri.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ
“Bagi tiap-tiap umat, Kami telah menetapkan syariat tertentu
yang mereka lakukan.” [Al-Hajj: 67]
Ibnu ‘Abbâs menafsirkan bahwa setiap umat dijadikan suatu Id
untuknya. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarîr Ath-Thabary.
Ketika Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
mendatangi kota Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari yang mereka
bergembira pada dua hari tersebut pada masa Jahiliyah. Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam pun bersabda,
إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا:
يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ النَّحْرِ
“Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari itu untuk
kalian dengan dua hari yang lebih baik daripada keduanya: hari Idul Fitri dan
hari An-Nahr (Idul Adha).”
[Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasâ`iy]
Oleh karena itu, berbahagialah dengan nikmat hari Idul Fitri
ini. Bersyukurlah kepada Allah atas segala karunia yang tidak mungkin kita
jumlah dan atas berbagai nikmat yang tiada terhingga dan terbilang.
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian
tidak akan mampu membilangnya.”
[Ibrâhîm: 34]
Wahai Umat Islam,
Bersyukur akan nikmat Allah adalah suatu kewajiban yang
merupakan lambang penghambaan dan mahligai ‘ubûdiyyah kepada Allah.
Allah Ta’âlâ memerintah,
وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ
“Dan syukurilah nikmat Allah jika kalian menyembah hanya kepada-Nya
semata.” [An-Nahl: 114]
Kesyukuran akan nikmat adalah hal yang menambah nikmat dan
karunia Allah sebagaimana yang Allah ingatkan dalam firman-Nya,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga) tatkala Rabb kalian memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kalian
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian. Namun, jika kalian
mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.’.” [Ibrâhîm:
7]
Siapa saja yang bersyukur akan nikmat Allah tidak perlu
khawatir terhadap musibah dan siksaan karena Allah telah menjamin sebagaimana
dalam firman-Nya,
مَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ
وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
“Mengapa Allah akan menyiksa kalian jika kalian bersyukur
dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” [An-Nisâ`: 147]
Kaum muslimin dan muslimat,
Pada hari Idul Fitri yang bergelimang nikmat ini, marilah
kita merenungi dan mengingat-ingat berbagai nikmat agung, yang dengannya Allah
memuliakan kita, sebelum datang suatu hari saat segala nikmat Allah akan
dipertanyakan. Allah Ta’âlâ mengingatkan,
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian, kalian pasti akan ditanyai pada hari (kiamat) tentang
segala kenikmatan (di dunia).” [At-Takâtsur:
8]
Salah satu nikmat-nikmat itu adalah nikmat keislaman dan
keimanan. Janganlah sekali-kali mencari pedoman dan tuntunan hidup dari selain
Islam karena Allah telah menyempurnakan segala nikmat dalam syariat Islam ini,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini, telah Kusempurnakan agama kalian untuk
kalian, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku kepada kalian, serta telah Ku-ridhai
Islam sebagai agama kalian.”
[Al-Mâ`idah: 3]
Pelajari dan renungilah keindahan Islam yang merupakan
satu-satunya agama penyelamat di dunia dan di akhirat, serta janganlah
sekali-kali mengharap pedoman dan solusi, kecuali dari syariat Islam,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam,
sekali-kali tidaklah (agama itu) akan diterima darinya, dan di akhirat dia
tergolong sebagai orang-orang yang rugi.” [Âli
‘Imrân: 85]
Di antara nikmat Allah yang banyak dilalaikan oleh manusia
adalah memurnikan ibadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Nabi Yusuf ‘alaihis
salâm mengingatkan,
وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ذَلِكَ مِنْ
فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَشْكُرُونَ
“Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku, yaitu Ibrahim,
Ishaq, dan Ya’qub. Tiadalah kami (para Nabi) patut mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami
dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur
(kepada-Nya).” [Yûsuf: 38]
Oleh karena itu, bersyukurlah kepada Allah dengan memurnikan
segala ibadah hanya untuk-Nya,
بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Oleh karena itu, hendaklah hanya kepada Allah semata engkau
menyembah, dan hendaklah engkau tergolong sebagai orang-orang yang bersyukur.”“ [Az-Zumar: 66]
Ketahuilah, bahwa dalam memurnikan ibadah kepada Allah,
terdapat cahaya dalam kehidupan dan jaminan kebahagian di dunia dan akhirat
sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, sesungguhnya Kami akan memberi
kehidupan yang baik kepadanya dan sesungguhnya Kami akan membalas mereka dengan
pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]
Ingatlah, hanya dalam pemurnian ibadah kepada Allah-lah,
tercipta keamanan dan ketenangan hidup bagi orang-orang yang ingin terlepas
dari belenggu makhluk dan syaithan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-An’âm: 82]
Berdoalah hanya kepada Allah!
Mohonlah perlindungan kepada Allah saja!
Tuluskan nadzar dan penyembelihan hanya untuk Allah!
Berharaplah hanya kepada-Nya semata!
Gantungkanlah segala masalah dan gundah gulana kehidupan
hanya kepada Allah Yang Mencukupi hamba-Nya,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ. لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, serta hidup
dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah).”“ [Al-An’âm: 162-163]
Berhati-hatilah terhadap perbuatan kesyirikan. Kesyirikan
adalah penghancur kenikmatan dan dosa terbesar yang akan mengakibatkan
pelakunya kekal di dalam neraka. Allah Subhânahu mengingatkan,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ
عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya, barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, pasti Allah mengharamkan surga kepadanya, sedang tempatnya ialah
neraka. Tidaklah ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu.” [Al-Mâ`idah: 72]
Memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah kehancuran
terhadap seorang hamba. Allah menegaskan,
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ
فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh
angin ke tempat yang jauh.” [Al-Hajj:
31]
Bahkan, keberadaan kesyirikan di tengah manusia adalah
ancaman terhadap sebuah negeri dan penduduknya menuju malapetaka dan
kebinasaan. Allah mengingatkan,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا. لَقَدْ جِئْتُمْ
شَيْئًا إِدًّا. تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ
الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا. أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا. وَمَا
يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا.
“Dan mereka berkata, ‘Ar-Rahmân
(Allah Yang Maha Pemurah) mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kalian
telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit
pecah, karena ucapan itu, serta bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, sebab
mereka menyerukan bahwa Ar-Rahmân mempunyai anak. Padahal, Ar-Rahmân
tidaklah layak mengambil (mempunyai) anak.” [Maryam: 88-92]
Kaum Muslimin dan Muslimat, rahimani wa rahimakumullah!
Di antara nikmat Allah yang patut kita syukuri adalah
sesuatu yang Allah jelaskan dalam firman-Nya,
وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي
الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ
بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan ingatlah (wahai para Muhajirin) ketika kalian masih
berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Makkah). Kalian takut bila
orang-orang (Makkah) akan menculik kalian maka Allah memberi kalian tempat
menetap (Madinah), dan Dia menjadikan kalian kuat dengan pertolongan-Nya, serta
Dia melimpahkan rezeki kepada kalian berupa yang baik-baik agar kalian
bersyukur.” [Al-Anfâl: 26]
Oleh karena itu, Allah memerintah dengan mengingatkan
nikmat-Nya itu dalam firman-Nya,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى
شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.
“Dan berpeganglah kalian semua kepada tali (agama) Allah,
janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian
ketika dahulu (pada masa Jahiliyah) kalian bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian orang-orang yang bersaudara
karena nikmat Allah; juga kalian telah berada di tepi jurang neraka, tetapi
Allah menyelamatkan kalian dari (neraka) itu. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian mendapat petunjuk.” [Âli ‘Imrân: 103]
Agama kita satu, Rabb yang kita sembah hanyalah satu
, dan kiblat kita juga satu. Hindarilah segala bentuk perpecahan dan perselisihan,
baik berupa kesukuan, kelompok, maupun persekutuan.
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. مِنَ الَّذِينَ
فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.
“Dan janganlah kalian tergolong sebagai orang-orang yang
mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan
mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa-apa yang ada pada golongan mereka.”
[Ar-Rûm: 31-32]
Di antara nikmat Allah kepada manusia adalah adanya sebagian
dari mereka yang menjaga sebagian yang lain. Allah Subhanahu
mengingatkan,
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ
لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ.
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat
manusia terhadap sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini, tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas alam semesta.” [Al-Baqarah: 251]
Ada dua tonggak pengaman di tengah manusia: pemerintah dan
ulama.
Imam Sahl bin Abdillah At-Tastury berkata, “Manusia akan
terus menerus berada di atas kebaikan selama mereka masih mengagungkan Sulthan
dan Ulama. Tatkala mereka mengagungkan keduanya, Allah akan memperbaiki dunia
dan akhirat mereka. Apabila mereka menghinakan keduanya, mereka telah merusak
dunia dan akhirat mereka sendiri.” [Tafsîr Al-Qurthuby 5/260-261]
Oleh karena itu, hargailah pemimpin dan pemerintah kalian
sebagaimana wejangan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا، أَكْرَمَهُ
اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا ،
أَهَانَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang memuliakan sulthan Allah di dunia, Allah
akan memuliakannya pada hari kiamat. (Namun) barangsiapa yang menghinakan
sulthan Allah di dunia, Allah akan menghinakannya pada hari kiamat.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya. Dihasankan oleh
Syaikh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,
مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ
مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang membenci sesuatu (yang ada) pada
pemimpinnya, hendaknya dia bersabar, karena siapa yang keluar terhadap sulthan
sejengkal kemudian dia mati, matinya adalah mati jahiliyah.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Abdullah bin
‘Abbâs]
Bukanlah hal terlarang bila memberi nasihat kepada penguasa,
tetapi bukan dengan cara ribut-ribut dan keonaran, bukan pula dengan cara
berteriak-teriak di jalan dan menzhalimi manusia.
Kewajiban untuk memberi nasihat adalah terhadap orang yang
berakal sesuai dengan etika dan ketentuannya. Nabi shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِي سُلْطَانٍ فَلَا يُبْدِهِ
عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُو بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ
فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang menasihati penguasa, janganlah dia
menampakkan (nasihat itu) secara terang-terangan, tetapi hendaknya dia
mengambil tangan (penguasa tersebut) dan berduaan dengannya. Kalau (sang
penguasa) menerima, itulah (yang diinginkan). Akan tetapi, jika (sang penguasa)
menolak, dia telah menunaikan kewajibannya.”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Âshim, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqy]
Terhadap pemimpin untuk berlaku lembut terhadap rakyatnya
dan menjaga segala kebaikan dan kemashlahatan mereka. Rasulullah mengingatkan,
مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ
يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ
“Tidaklah seorang hamba diberi tanggung jawab oleh Allah dengan
suatu tanggung jawab, kemudian dia tidak menjaganya secara tulus dan maksimal
kecuali dia tidak akan mencium baunya sorga.”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Ma’qil bin Yasar. Lafazh hadits
adalah milik Al-Bukhâry]
Kaum muslimin dan muslimat,
Juga ketahuilah kedudukan para ulama sebagai lentera umat
dan pembimbing mereka menuju kepada jalan yang lurus. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Bertanyakanlah kalian kepada orang-orang yang berilmu, jika
kalian tiada mengetahui.” [Al-Anbiyâ`:
7]
Rasulullah bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an
dan mengajarkan (Al-Qur`an).”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dari Utsman bin Affan]
Keberadaan rumah tangga yang memberikan kesejukan antara
satu dengan lainnya adalah suatu nikmat yang hendaknya dijaga. Hendaknya kepala
rumah tangga tidak menelantarkan nikmat Allah dengan membiarkan ada kemungkaran
di tengah rumah tangganya. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” [At-Tahrîm: 6]
Kaum Muslimin dan Muslimat,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
kepada kita akan lima nikmat yang banyak dilalaikan. Beliau berpesan dalam
sabdanya yang mulia,
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ
، وَصِحَتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ
شُغْلِكَ ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah segera lima perkara sebelum (datang) lima
perkara: waktu mudamu sebelum (datang) waktu tuamu, kesehatanmu sebelum
(datang) sakitmu, kekayaanmu sebelum (datang) kefakiranmu, waktu luangmu
sebelum (datang) waktu sibukmu, dan kehidupanmu sebelum (datang) kematianmu.” [Diriwayatkan oleh Al-Hâkim dan selainnya dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu
‘anhumâ. Dishahihkan oleh Al-Albany rahimahullâh]
Wahai Para Pemuda dan Pemudi harapan umat,
Tataplah kehidupan untuk masa depan, jadilah orang yang
paling bermanfaat bagi manusia, dan jadilah orang-orang yang berbekah di
manapun kalian berada sebagaimana keberadaan yang Nabi Isa ‘alaihis salâm
yang berkata,
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ.
“Dan Dia menjadikanku sebagai orang yang diberkahi di
mana saja aku berada.” [Maryam:
31]
Wahai Kaum Muslimat!
Penghormatan dan penjagaan Islam kepada kaum perempuan
adalah suatu nikmat yang sangat agung. Tidak pernah tercatat, dalam sejarah
umat manapun, bahwa ada yang melebihi syariat Islam dalam hal pengagungan
kepada kaum perempuan. Oleh karena itu, suatu hal yang sangat mengherankan
bahwa banyak kaum muslimat yang berkiblat kepada perempuan-perempuan
kafir yang tidak pernah mengenal makna kehormatan. Allah telah memerintah,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ
وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى
أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
dikenal maka mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [Al-Ahzâb: 59]
Kaum Muslimin dan Muslimat,
Pada hari kemarin kita dimuliakan dengan bulan Ramadhan.
Tiada terasa waktu terus bergulir, dan hari ini kita telah meninggalkan
Ramadhan. Itulah hari-hari kehidupan yang terus berjalan tanpa henti menuju
suatu yang pasti: kehidupan akhirat, yang di hadapan Allah kita akan berdiri,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ
تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ.
“Dan peliharalah diri kalian dari (adzab yang terjadi pada)
hari yang, pada waktu itu, kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan sempurna terhadap segala sesuatu yang telah
mereka kerjakan, sedang sedikitpun mereka tidak dianiaya (dirugikan).” [Al-Baqarah: 281]
Perbaharuilah lembaran-lembaran kehidupan yang segala
hasilnya akan kembali kepada kita juga,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ.
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, (pahalanya)
untuk dirinya sendiri, sedangkan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,
(dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” [Fushshilat:
46]
Wahai Umat Islam,
Bulan Ramadhan telah meninggalkan kita. Siapa saja yang
beribadah kepada Allah, menegakkan shalat, puasa, dan zakat, membaca Al-Qur’an,
serta amalan kebaikan hanya di bulan Ramadhan, sesungguhnya Ramadhan telah berlalu.
Namun, siapa saja yang menegakkan ibadah-ibadah tersebut karena Allah,
sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Kekal, serta Allah mencintai hamba yang
telah menyelesaikan suatu ibadah kemudian menyambung ibadah tersebut dengan
ibadah yang lain. Allah memerintah kepada Nabi-Nya,
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ. وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ.
“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) lain, dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya engkau berharap.” [Asy-Syarh:
7-8]
Hiasilah kehidupan dengan ibadah kepada Allah pada segala
keadaan dan pada setiap waktu sebagaimana sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa
sallam,
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada, dan
ikutilah kejelekan dengan kebaikan niscaya (kebaikan itu) menghapus
(kejelekan), serta berinteraksilah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dari Abu Dzarr]
Kaum muslimin dan muslimat!
Bersyukurlah kepada Allah akan nikmat ketenangan, keamanan,
dan kecukupan.
Pada hari yang berbahagia ini, sejumlah kaum muslimin
menghadiri hari Id ini dengan linangan air mata serta berbagai duka dan
nestapa. Oleh karena itu, ulurkanlah tangan kebaikan dan tuangkanlah dari
ketulusan hati kepada saudara-saudara seagama. Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُون إِلّا بِضُعَفَائِكُمْ
“Tidaklah kalian mendapat pertolongan dan kelapangan rezeki,
kecuali dengan sebab (memperhatikan) orang-orang lemah di antara kalian.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dari Sa’d bin Abi Waqqâsh radhiyallahu
‘anhu]
Juga janganlah lupa kepada kaum muslimin di berbagai belahan
dunia: di Suriah, Myanmar, dan selainnya yang diliputi oleh berbagai kesedihan.
Curahkanlah doa dan bantuan untuk mereka. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan,
المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ
بَعْضًا
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan, yang
sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.”
(Dikeluarkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu
‘anhu)
Pada hari ini, marilah kita senantiasa menghargai nikmat
Allah dengan menggunakan nikmat tersebut dalam hal yang dicintai dan diridhai
oleh Allah. Janganlah menggunakan nikmat Allah dalam dosa, maksiat, permusuhan,
dan memutus silaturahim.
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa menjaga kita
semua di atas segala nikmat dan melindungi kita dari segala musibah dan
malapetaka.
Sebagaimana, kita bermohon kepada-Nya agar Dia menerima
amalan puasa, shalat, zakat, sedekah, bacaan Al-Qur`an, dan segala amalan
shalih, serta menjadikan amalan tersebut sebagai pembebas leher-leher kita dari
api neraka.
Semoga, pada setiap tahunnya, kaum muslimin dan muslimat
selalu berada di atas kebaikan dan ketakwaan, tergolong ke dalam Al-Fâ`izin
‘orang-orang yang beruntung’ dan Al-Â’idin ‘orang-orang yang terlahir
kembali, bersih dari dosa’.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ،
وَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar