Kaum muslimin dan muslimat, Jamaah Shalat Idul Adha yang
saya hormati dan saya muliakan,
Dalam sebuat haditsnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَعْظَمُالأَيَّامِعِنْدَاللَّهِيَوْمُالنَّحْرِثُمَّيَوْمُالْقَرِّ
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari An-Nahr kemudian hari Al-Qarr.”[Diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Dâwud, An-Nasâ`iy dan selainnya dari Abdullah bin Qurâth radhiyallahu
‘anhu. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Irwâ’ul Ghalîl no. 1958.]
Suatu hal yang dimaklumi bahwa, pada hari yang agung ini,
Allah telah mengumpulkan berbagai ibadah yang agung berupa shalat Id, ibadah
qurban, dzikir dan takbir, pelemparan jamratul aqba bagi jamaah haji, thawaf
ifadhah, dan selainnya.
Marilah, pada hari yang agung ini, kita merenungi keagungan
dan kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla yang telah mensyariatkan sejumlah
ibadah agung pada hari yang berbahagia ini.
Allah menyebutkan dua kaidah agung dalam dua ayatAl-Qur`an
yang patut kita renungi dan menjadi pijakan kehidupan kita.
Ayat pertama adalah firman Allah,
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ
عِنْدَ رَبِّهِ
“Demikianlah (perintah Allah).Dan barangsiapa yang
mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, hal itu adalah lebih baik
baginya di sisi Rabb-nya.” [Al-Hajj: 30]
Ayat kedua adalah firman Allah,
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ
تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa yang
mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]
Dua ayat di atas berisi kaidah pengagungan terhadap segala
hal yang diharamkan dan dibesarkan di sisi Allah dan kaidah pengagungan
terhadap simbol-simbol pokok agama Islam.
Kenalilah kebesaran dan keagungan Allah Al-‘Azhîm
(Yang Maha Agung). Allah telah mengingatkan dalam sebuah hadits qudsy,
الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ
نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
“Kebesaran adalah rida`-Ku
dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa yang mengganggu-Ku pada salah satu
di antara keduanya, Aku akan melemparkannya kedalam neraka.” [Diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Mâjah. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah
no. 541]
Mereka yang lalai dari mengagungkan dan membesarkan Allah
bukanlah tergolong sebagai orang-orang yang beriman kepada-Nya,
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا
قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya, padahal bumi seluruhnya berada dalam genggaman-Nya pada hari
kiamat, sedang langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci (Allah) dan
Maha Tinggi Dia dari kesyirikan yang mereka lakukan.” [Az-Zumar: 67]
Marilah, pada hari yang agung ini, kita membesarkan Allah ‘Azza
wa Jalla dan mengagungkan segala tuntunan dan syariat-Nya.
Pada hari raya Idul Qurban ini, Allah telah menyebutkan
kewajiban pengagungan yang paling besar. Allah berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ
اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ
وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
“Dan bagi tiap-tiap umat, telah Kami syariatkan
penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah pada binatang ternak
yang telah Allah direzekikan kepada mereka maka sembahan kalian ialah Sembahan
Yang Maha Satu. Oleh karena itu, berserah-dirilah kalian kepada-Nya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” [Al-Hajj: 34]
Memurnikan ibadah kepada Allah adalah kewajiban terbesar
yang merupakan misi dakwah setiap nabi dan rasul. Allah mengingatkan,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا
اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada setiap
umat (untuk menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (semata) dan jauhilah
thaghut (segala sesuatu yang diibadahi selain Allah).’.” [An-Nahl: 36]
Oleh karena itu, agungkanlah Allah dengan mengikhlaskan
ibadah hanya kepada-Nya.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ. لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, serta hidup
dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam
semesta, tiada sekutu bagi-Nya.Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”“ [Al-An’âm:
162-163]
Agungkanlah peribadahan hanya kepada Allah agar kita semua
meraih kebahagian hidup yang hakiki,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman (bertauhid), sesungguhnya Kami akan memberi
kehidupan yang baik (indah, bahagia) kepadanya dan sesungguhnya Kami akan
membalas mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang telah
mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]
Agungkanlah Allah dalam segala ibadah jika kalian
menghendaki kesejahteraan dan kebaikan di negeri ini,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu maka Kami menyiksa mereka
disebabkan oleh perbuatan mereka.”[Al-A’râf:
96]
Kaum Muslimin dan Muslimat,
Di antara pengagungan kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ
adalah menyucikan Allah terhadap segala bentuk kesyirikan. Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman,
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا
قَوْلَ الزُّورِ. حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ
تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Maka hendaknya kalian menjauhi berhala-berhala yang najis
itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta dengan ikhlas kepada Allah, tidak
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Dia. Barangsiapa yang mempersekutukan
sesuatu dengan Allah, ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh
burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh.” [Al-Hajj: 30-31]
Perhatikanlah kehancuran orang-orang yang berbuat kesyirikan
kepada Allah.
Suatu hal yang sangat mengherankan bahwa kita melihat pada
seorang, apabila mendapatkan kepastian akan datangnya gelombang tsunami,
letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir bandang, lonsor, dan selainnya, akan
terlihat padanya ketakutan yang luar biasa dan berbagai persiapan untuk
menyelamatkan diri, keluarga dan harta benda. Merupakan pengagungan yang sangat
besar kepada harta dan jiwa mereka. Namun, dia tidak pernah berpikir untuk
mengagungkan Allah, bahkan mereka mengundang datangnya petaka dan kehancuran
dengan berbagai praktik kesyirikan yang mereka lakukan. Adakah yang mengetahui
bahwa sebab kebinasaan dan kehancuran alam semesta adalah dengan adanya
kesyirikan? Bukankah Allah ‘Azza wa Jalla telah mengingatkan,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا. لَقَدْ جِئْتُمْ
شَيْئًا إِدًّا. تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ
الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا. أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا. وَمَا
يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا
“Dan mereka berkata, ‘Ar-Rahmân
(Allah Yang Maha Pemurah) mengambil (mempunyai) anak.’Sesungguhnya kalian telah
mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah,
karena ucapan itu, serta bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, sebab mereka
menyerukan bahwa Ar-Rahmân mempunyai anak. Padahal, Ar-Rahmân tidaklah
layak mengambil (mempunyai) anak.” [Maryam: 88-92]
Wahai Umat Islam,
Agungkanlah Allah dengan meninggalkan segala dosa dan
kemaksiatan,
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ
عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa
yang kalian dilarang kerjakan, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahan
kalian dan memasukkan kalian ke tempat yang mulia (surga).” [An-Nisâ`: 31]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan,
اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ
اللهِ وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ الشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ
الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَأَكْلُ
الرِّبَا وَالتَوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ
الْمُؤْمِنَاتِ
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan.” Ditanyakan kepada
beliau, “Wahai Rasulullah, apa (ketujuh) hal itu?” Beliau menjawab, “(1)
Berbuat kesyirikan kepada Allah, (2) (berbuat) sihir, (3) membunuh jiwa yang
Allah haramkan, kecuali dengan haq, (4) memakan harta anak yatim, (5) memakan
riba, (6) lari pada hari perjumpaan dengan musuh, dan (7) menuduh perempuan mukminah,
yang menjaga diri lagi tidak kenal maksiat, dengan perbuatan zina.”.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Abu
Hurairah radhiyallâhu ‘anhu]
Di mana pengagungan sejumlah kaum muslimin yang masih saja
mendatangi dukun-dukun dan memercayai paranormal? Bukankah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا
يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau paranormal, lalu
membenarkan ucapan (dukun atau paranormal) itu, sungguh dia telah kafir
terhadap (risalah) yang diturunkan kepada Muhammad.” [Dikeluarkan oleh Ahmad dan Al-Hâkim. Dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albâny dalam Irwâ`ul Ghalîl 7/69-70]
Di mana pengagungan sejumalah kaum muslimat yang masih saja
menanggalkan jilbab dan mengikuti pakaian perempuan-perempuan kafir? Bukankah
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ
مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ
كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ
الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا،
وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua golongan dari penduduk neraka, yang aku belum pernah
melihat keduanya: suatu kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor-ekor sapi,
dia memukul manusia dengan (cambuk-cambuk) itu, dan para perempuan yang
berpakaian tetapi telanjang, menyesatkan orang lain, bersisir seperti pezina,
kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak akan
dimasukkan ke dalam surga dan tidak akan mencium bau (surga), padahal bau
(surga) bisa dicium dari jarak begini dan begini.” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu]
Janganlah mengundang musibah dan petaka dengan dosa dan
kemaksiatan. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِيْنَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيْتُمْ
بِهِنَّ وَأَعُوْذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوْهُنَّ لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ
فِيْ قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيْهِمُ الطَّاعُوْنُ
وَالأَوْجَاعُ الَّتِيْ لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِيْ أَسْلاَفِهِمُ الَّذِيْنَ
مَضَوْا. وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا
بِالسِّنِيْنَ وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ. وَلَمْ
يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ
وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ
وَعَهْدَ رَسُوْلِهِ إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ
فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِيْ أَيْدِيْهِمْ. وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ
بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلاَّ جَعَلَ اللَّهُ
بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
“Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara, apabila kalian
tertimpa dengannya -dan saya berlindung kepada Allah agar kalian tidak
mendapatinya-. (Pertama,) tidaklah kekejian tampak pada suatu kaum, kemudian
mereka melakukan (kekejian) itu secara terang-terangan, kecuali bahwa akan
tersebar kepada mereka penyakit thâ’ûn
dan penyakit-penyakit yang belum pernah melanda pendahulu-pendahulu mereka yang
telah berlalu. (Kedua,) tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan,
kecuali bahwa mereka akan ditimpa oleh kemarau yang panjang, krisis pangan, dan
keseweng-wenangan penguasa. (Ketiga,) tidaklah mereka menunda untuk
mengeluarkan zakat harta mereka, kecuali bahwa hujan dari langit akan ditahan
untuk mereka. Andaikata bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya mereka tidak
mendapatkan hujan (sama sekali). (Keempat,) tidaklah mereka melanggar
perjanjian dengan Allah dan perjanjian dengan Rasul-Nya, kecuali bahwa Allah
akan menjadikan musuh, yang bukan dari kalangan mereka, berkuasa terhadap
mereka kemudian (para musuh itu) mengambil sebagian (harta) yang berada di
tangan mereka. (Kelima,) tidaklah para penguasa mereka tidak berhukum dengan
kitab Allah dan tidak memilih (hukum) yang Allah turunkan, kecuali bahwa Allah
menjadikan kehancuran mereka antara sesama mereka sendiri.” [Diriwayatkan
oleh Ibnu Mâjah dan selainnya.Dihasankan oleh Al-Albâny dengan beberapa
pendukungnya. Bacalah Ash-Shahîhah no. 106]
Wahai Kaum Muslimin dan Muslimat,
Pada hari-hari Tasyrîq yang agung, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ،
وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا
لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ
عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بِالتَّقْوَى
“Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Rabb kalian adalah satu, dan ayah kalian semua adalah
satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan orang Arab di atas orang Ajam, juga tidak
ada (keutamaan) orang Ajam di atas orang Arab, serta tidak ada (keutamaan)
orang berkulit merah di atas orang yang berkulit hitam, dan tidak ada
(keutamaan) orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah, kecuali dengan
ketakwaan.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya. Dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah no. 2700]
Wahai Umat Islam, Rabb yang kita sembah hanyalah
Allah Yang Maha Satu!
Nabi yang menjadi panutan kita hanyalah Nabi Muhammad shallallâhu
‘alaihi wa sallam!
Kita semua melaksanakan shalat hanya menghadap kepada kiblat
yang satu!
Kita semua adalah keturunan Nabi Adam, ayah seluruh manusia.
Tanggalkanlah segala perpecahan dan perselisihan.
Hindarilah segala bentuk fanatisme suku dan golongan.
Janganlah menjadi pendukung syaithan ke jalan kehancuran.
Allah mengingatkan,
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. مِنَ الَّذِينَ
فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Dan janganlah kalian tergolong sebagai orang-orang yang
mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan
mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa-apa
yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rûm:
31-32]
Kaum muslimini dan Muslimat,
Di antara pengagungan kepada Allah adalah mengagungkan dua
golongan yang kedudukan mereka telah dijelaskan di tengah manusia.
Imam Sahl bin Abdillah At-Tastury berkata,
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَظَّمُوا السُّلْطَانَ
وَالْعُلَمَاءَ، فَإِذَا عَظَّمُوا هَذَيْنَ أَصْلَحَ اللَّهُ دُنْيَاهُمْ
وَأُخْرَاهُمْ، وَإِذَا اسْتَخَفُّوا بهذين أَفْسَدُوْا دَنْيَاهُمْوَأُخْرَاهُمْ
“Manusia akan terus menerus berada di atas kebaikan selama
mereka masih mengagungkan sulthan dan ulama. Tatkala mereka mengagungkan
keduanya, Allah akan memperbaiki dunia dan akhirat mereka. Apabila mereka
menghinakan keduanya, mereka telah merusak dunia dan akhirat mereka sendiri.” [Tafsîr
Al-Qurthuby 5/260-261]
Adanya pemimpin di tengah manusia adalah sebuah hikmah dan
anugerah dari Allah. Allah Subhânahu mengingatkan,
وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ
لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat
manusia terhadap sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini, tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas alam semesta.” [Al-Baqarah: 251]
Oleh karena itu, hargailah pemimpin dan pemerintah kalian sebagaimana
wejangan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا، أَكْرَمَهُ
اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِي الدُّنْيَا،
أَهَانَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang memuliakan sulthan Allah di dunia, Allah
akan memuliakannya pada hari kiamat. (Namun), barangsiapa yang menghinakan
sulthan Allah di dunia, Allah akan menghinakannya pada hari kiamat.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya. Dihasankan
oleh Syaikh Al-Albâny dalam Ash-Shahîhah]
Terhadap pemimpin, hendaklah dia berlaku lembut kepada
rakyatnya dan menjaga segala kebaikan dan kemashlahatan mereka. Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam mengingatkan,
اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ
عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا
فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ
“Ya Allah, siapa saja yang memimpin suatu perkara dari
umatku, tetapi kemudian dia memberatkan mereka, beratkanlah terhadapnya. Namun,
siapa saja yang memimpin suatu perkara dari umatku, lalu dia berlemah lembut
kepada mereka, berlemah-lembutlah kepadanya.” [Diriwayatkan
oleh Muslim dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ]
Kaum muslimin dan muslimat,
Juga ketahuilah kedudukan para ulama yang merupakan pewaris
para nabi dan penegak kebaikan di tengah umat. Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا،
وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا
“Bukanlah dari umatku, orang yang tidak menghormati orang
tuanya, (tidak) merahmati orang mudanya, dan (tidak) mengenal hak orang berilmu
di kalangan kami.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan
Al-Hâkim]
Juga beliau bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an
dan mengajarkan (Al-Qur`an).” [Diriwayatkan
oleh Al-Bukhâry dari Utsman bin Affan]
Jamaah Shalat Id yang berbahagia,
Agungkanlah Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Pelajarilah kandungan ilmu dan kebaikan yang terdapat
padanya.Amalkan segala tuntunan dan syari’atnya.Itulah jalan kebahagian dan
kesejahteraan umat Islam. Allah berfirman,
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ
هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى. وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ
مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Maka jika datang kepada kalian petunjuk daripada-Ku,
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
sengsara.Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.” [Thâhâ:
123-124]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَاتَبَايَعْتُمْبِالْعِيْنَةِوَأَخَذْتُمْأَذْنَابَالْبَقَرِوَرَضِيْتُمْبِالزَّرْعِوَتَرَكْتُمُالْجِهَادَسَلَّطَاللَّهُعَلَيْكُمْذُلاًّلاَيَنْزِعُهُحَتَّىتَرْجِعُواإِلَىدِيْنِكُمْ
“Apabila kalian telah berjual-beli dengan cara‘înah (salah satu bentuk riba), telah mengambil ekor-ekor
(baca: sibuk beternak) sapi, telah ridha dengan pertanian, dan meninggalkan
jihad, niscaya Allah akan menimpakan suatu kehinaan kepada kalian. Tidaklah Dia
mencabut (kehinaan) itu, kecuali setelah kalian kembali kepada agama kalian.”[Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan selainnya dari Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhumâ.
Dishahihkan oleh Al-Albâny dengan beberapa jalurnya dalam Ash-Shahîhah
no. 11]
Wahai Hamba-hamba Allah!
Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam penciptaan
dan kekuasaannya.
Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam kemurnian
ibada kepada-Nya.
Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam seluruh
nama dan sifat-Nya.
Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besardalam agama dan
syari’at-Nya.
Allahu Akbar, Dialah Allah Yang Maha Besar dalam ketentuan
dan takdir-Nya.
Tataplah kehidupan ini dengan tatapan seorang hamba yang
memahami keagungan Rabb-Nya, pandangan seorang yang hatinya makmur dengan rasa
takut kepada-Nya, dan penghayatan seorang yang sangat menyadari bahwa dirinya
akan kembali kepada Allah.
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ
تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan peliharalah diri kalian dari (adzab yang terjadi pada)
hari yang, pada waktu itu, kalian semua dikembalikan kepada Allah.Kemudian
masing-masing diri diberi balasan sempurna terhadap segala sesuatu yang telah
mereka kerjakan, sedang sedikitpun mereka tidak dianiaya (dirugikan).” [Al-Baqarah: 281]
Agungkan Allah yang telah memberi nikmat kehidupan agar
engkau menggunakannya sebagai jalan keselamatan yang mengantar kepada sorga.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ. وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ
أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.Mereka itulah
orang-orang yang fasik.Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan
penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang
beruntung.” [Al-Hasyr: 18-19]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى
يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا
عَمِلَ بِهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أُنْفَقَهُ، وَعَنْ
جِسْمِهِ فَيَا أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari
kiamat hingga dia ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya, pada hal
apa dia habiskan, (2) tentang ilmunya, bagimana dia beramal dengannya, (3)
tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan pada hal apa dia belanjakan (4)
dan tentang jasadnya pada hal apa dia usangkan.”[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ad-Darimy, Abu Ya’lâ,
Al-Baihaqy dalam Al-Madkhal dan selainnya dari Abu Barzah Al-Aslamy radhiyallahu
‘anhu.Lafazh hadits milik Al-Baihaqy. Baca penshahihannya dalam Ash-Shahîhah
no. 946 karya Syaikh Al-Albâny]
Kaum muslimin dan muslimat!
Dari pengagungan kepada Allah pada hari ini dan hari-hari
Tasyrîq dan simbol Islam yang sangat agung adalah menyembelih hewan qurban
sebagaimana dalam perintah Allah,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu, dan berqurbanlah.” [Al-Kautsar: 2]
Agungkan dan besarkanlah Allah dengan menyembelih hewan
ternak yang baik dan layak.Ingat bahwa ada beberapa cacat yang tidak
diperbolehkan pada hewan qurban. Standar cacat yang tidak diperbolehkan itu
adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salllam,
الْعَرْجَاءُالْبَيِّنُظَلَعُهَاوَالْعَوْرَاءُالْبَيِّنُعَوَرُهَاوَالْمَرِيضَةُالْبَيِّنُمَرَضُهَاوَالْعَجْفَاءُالَّتِيْلاَتُنْقِيْ
“Sembelihan pincang yang kepincangannya sangat tampak,
sembelihan yang sebelah matanya buta yang kebutaannya sangat tampak, sembelihan
sakit yang sakitnya sangat tampak, dan sembelihan kurus yang tidak berlemak
(bersumsum).”[Diriwayatkan oleh Malik, Ahmad,
Imam Empat, dan selainnya. Dishahihkan oleh Al-Albâny dalam Irwâ’ul
Ghalîl no. 1148]
Waktu penyembelihan bermula setelah pelaksanaan shalat ‘Id
hingga matahari terbenam pada hari ke-13 Dzulhijjah.
Perlu diketahui bahwa umur hewan udh-hiyyah sebagai
berikut.
-
Untuk unta, yang telah mencukupi umur lima tahun dan mulai memasuki tahun
keenam.
-
Untuk sapi, yang telah mencukupi umur dua tahun dan mulai memasuki tahun
ketiga.
-
Untuk kambing yang bukan domba, yang telah mencukupi umur setahun dan mulai
memasuki tahun kedua.
-
Untuk domba jadza’, yang telah mencukupi umur enam bulan dan mulai
memasuki bulan ketujuh.
Berbuat baiklah kepada sesama kaum muslimin pada hari yang
agung ini, karena seorang mukmin adalah raga mukmin yang lainnya,
مَثَلُ الْـمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ
وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ
سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam hubungan kasih sayang,
rahmat, dan sikap berlemah lembut di antara mereka bagaikan satu jasad.Apabila
salah satu anggota tubuhnya mengeluh (karena sakit), seluruh jasad akan turut
merasakan keluhan itu dengan tidak bisa tidur dan merasakan demam.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim dari An-Nu’mân bin
Basyir radhiyallahu ‘anhumâ]
Kita bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla karena
hari Idul Adha atau hari An-Nahr pada tahun ini (10 Dzulhijjah 1433H) jatuh
pada hari jum’at.Hal tersebut karena pada hari tersebut berkumpul dua keutamaan
yang tidak terdapat pada hari-hari yang lainnya dalam setahun, keutamaan hari
An-Nahr dan keutamaan hari Jum’at.
Siapa yang telah menyaksikan shalat Id, gugur terhadapnya
menghadiri shalat Jum’at.Namun terhadap Imam Mesjid kewajiban untuk tetap
menegakkan shalat Jum’at agar dihadiri oleh siapa yang ingin menghadirinya.
Bagi mereka yang tidak menghadiri shalat Jum’at, boleh untuk
shalat Zhuhur di rumahnya.Kalau dia menghadiri Jum’at tentu lebih afdhal dan
lebih selamat dari silang pendapat ulama dalam masalah ini.
Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan kebaikan-Nya
kepada kita semua dan mengukuhkan kita di atas keislaman dan Sunnah Rasulullah
di kehidupan dunia, di alam kubur dan saat kita berdiri di depan-Nya
mempertanggungjawabkan seluruh amalan.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
صَالِحَ الْأَعْمَالِ، وَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا
Tidak ada komentar:
Posting Komentar